NAMBAHDADI – Satu orang tewas dan empat rumah terbakar saat massa tak dikenal menyerang Kampung Nambahdadi, Kecamatan Terbanggibesar, Lampung Tengah, pukul 11.30 WIB kemarin (30/12).
Hingga pukul 01.00 tadi, suasana perkampungan Nambahdadi masih mencekam. Lampu-lampu penerangan di dalam rumah warga sengaja dimatikan. Sebelumnya, imbauan dari pengeras suara di masjid-masjid terus berkumandang agar warga Nambahdadi menggelar ronda malam.
Di setiap akses masuk Kampung Nambahdadi, petugas keamanan dari Polres Lamteng dan Brimob Kompi 4 Pelopor Gunungsugih terus bersiaga. Tidak hanya itu, Polda Lampung juga menyiagakan satu unit kendaraan water cannon.
Informasi yang berkembang, kerusuhan di Kampung Nambahdadi berawal dari unjuk rasa yang dilakukan ratusan warga ke polres setempat kemarin. Warga datang menggunakan lima truk dan dua mobil pikap, yang dikawal enam perwakilan dari Kampung Nambahdadi seperti anggota DPD RI Ir. Anang Prihantoro, anggota DPRD Lamteng J. Natalis Sinaga, Dewi selaku koordinator lapangan (korlap), bersama tiga warga lainnya yang diterima Kapolres Lamteng AKBP Budi Wibowo.
Mereka mendesak polres membebaskan Suparno (38), warga Nambahdadi yang ditangkap polisi Senin malam (27/12) sekitar pukul 21.00 WIB. Karena diduga terlibat melakukan pengeroyokan terhadap Weli Apriljal (22), tersangka pencurian kendaraan bermotor. Kejadian itu sekitar pukul 08.15 WIB Minggu (19/12) lalu.
Dengan membentangkan kertas karton bertuliskan Parno Keluarkan, Kami Minta Keadilan, Parno Bukan Pencuri, warga terus berteriak mengeluarkan yel-yel agar Parno dikeluarkan. Namun, Kapolres tidak mau mengeluarkan Suparno. Saat negosiasi berlangsung, di luar pelataran mapolres muncul puluhan orang bersepeda motor tidak dikenal dan tiba-tiba mengayun-ayunkan berbagai senjata tajam untuk membubarkan aksi.
Ratusan warga Nambahdadi berhamburan kabur menggunakan truk, mobil kecil, dan sepeda motor. Bahkan. puluhan ibu-ibu yang ikut rombongan tertinggal di mapolres dan meminta kepada petugas untuk mengantar mereka karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan di jalan.
Beruntung saat itu aksi massa yang tidak dikenal berhasil diredam jajaran polres dan Brimob Kompi 4 Pelopor Gunungsugih. Ternyata, karena dilerai, oknum massa masih belum puas. Mereka meluncur ke Kampung Nambahdadi dengan membawa beberapa liter bensin.
Sesampainya di Kampung Nambahdadi, massa itu mulai beringas dan membakar rumah kepala kampung setempat Supriyanto beserta tiga rumah warganya bernama Wajib dan Suwarno.
Di saat massa lepas kendali, Agustinus (20) dan ayahnya Bambang Trimulyo Hartono, warga Kampung Fajarmataram, Seputihmataram, yang kebetulan melintas di lokasi jadi bulan-bulanan.
Sepeda motor Yamaha Jupiter BE 3413 HF milik Agustinus dirusak. Dia ditusuk di perut dan paha. Sedangkan Bambang menderita luka bacok di tangan. Namun, akibat luka sajam di pahanya, Agustinus meninggal pukul 14.00 WIB di Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandarjaya.
’’Sepertinya mereka (massa) balas dendam karena salah seorang warganya, yakni Weli, dikeroyok warga Kampung Nambahdadi karena mencuri sepeda motor,’’ kata salah seoarang warga yang enggan namanya dikorankan.
Sekedar mengingatkan, Weli Apriljal (22), warga Kampung Tanjungratu, Kecamatan Waypengubuan, Lamteng, sekitar pukul 08.15 WIB Minggu (19/12) babak belur dihajar massa di Kampung Nambahdadi.
Weli kepergok mencuri sepeda motor Yamaha Mio Sporty BE 3044 HO milik Sutimin (46), warga Kampung Bumisetia, Seputihmataram. Kejadian tersebut sekitar pukul 08.00 WIB.
Informasi yang didapat Radar Lamteng (grup Radar Lampung), saat itu sepeda motor Mio terparkir di halaman depan rumah korban. Karena melihat situasi lengang, pelaku langsung membawa kabur motor tersebut.
Saat membawa kabur motor, tiba-tiba pelaku dipergoki warga sambil menjerit ada maling. Dalam hitungan detik, warga pun berkumpul dan menangkap tersangka.
Terpisah, Wakil Bupati Lamteng Ir. Mustafa mengimbau kepada warga Nambahdadi dan Tanjungratu agar tenang dan menahan diri. Jangan sampai warga terpengaruh atau terprovokasi untuk berbuat yang melanggar hukum.
’’Saya selaku pribadi dan juga Pemkab Lamteng mengimbau kepada warga Nambahdadi dan Tanjungratu agar bersabar dan jangan sampai terjadi salah paham. Termasuk jangan sampai terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, yang pada akhirnya dapat berbuat sesuatu yang melanggar hukum,’’ ujarnya.
Dilanjutkan Mustafa, pihaknya akan secepat mungkin melakukan upaya mediasi antarkedua belah pihak agar jangan terjadi salah persepsi.
’’Kami segera turun ke lapangan dan mengajak berbicara kedua belah pihak secara kekeluargaan. Secara pribadi dan mewakili pemkab, saya menyampaikan salam damai kepada seluruh warga Lamteng,’’ papar Mustafa.
Ajal Menjemput usai Takziah
Tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Bambang Trimulyo Hartono (45), warga Kampung Fajarmataram, Kecamatan Seputihmataram, Lamteng, bakal kehilangan putra sulungnya yang bernama Agustinus Bambang Hartanto (20).
Agustinus meninggal secara tragis, setelah menjadi korban amuk massa saat melintas di Jalan Raya Kampung Nambahdadi, Kecamatan Terbanggibesar, kemarin (30/12) sekitar pukul 12.00 WIB.
Dia merupakan putra sulung Bambang yang masih duduk di bangku SMKN 3 Baturaja, Sumatera Selatan. Agustinus pulang ke kampung halamannya dalam rangka liburan sekolah setelah ujian semester.
Ditemui di Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandarjaya, Bambang terlihat masih shock. Raut wajah sedih masih tampak jelas. Ia lebih banyak diam di ruang UGD, sambil menunggu jenazah anaknya.
Air mata tampak menetes di pipi bapak yang memiliki dua putra ini. Sambil terbata-bata, ia menuturkan kejadian yang dialami bersama anaknya itu.
’’Saya ini baru pulang dari Tanjungkarang, Bandarlampung, karena habis ada acara nyeratus hari mbahnya Agustinus. Saya bersama anak saya berangkat kemarin (Rabu, Red) ke Tanjungkarang. Hari ini (kemarin) saya pulang ke rumah dan berangkat dari Tanjungkarang sekitar jam 09.30,’’ kata Bambang.
Dia bersama Agustinus mengendarai sepeda motor Yamaha Jupiter Z. Melintas di Kampung Nambahdadi, Bambang melihat banyak orang yang berada di jalan sambil membawa senjata tajam. Melihat gerombolan warga tersebut, Agustinus yang mengendarai sepeda motor tetap menerobos karena tidak tahu jika terjadi tawuran.
’’Tiba-tiba dari belakang ada yang memukul kepala saya. Kemudian dari depan anak saya juga dipukul dan motor yang kami naiki terjatuh. Bersamaan dengan itu, massa membacok saya dan anak saya. Tetapi, saya melawan dan sabetan pedang yang diarahkan ke saya bisa saya tangkis. Namun, anak saya yang tidak melawan malah dibacok,’’ tutur Bambang.
Tak lama kemudian, datang anggota polisi dan massa pun akhirnya bubar. Lalu menggunakan mobil patroli, Bambang dan Agustinus dibawa ke RS Mitra Mulia Husada. Namun sayang, nyawa Agustinus tak dapat diselamatkan dan akhirnya meninggal karena mengalami luka tusuk benda tajam pada bagian perut dan luka bacok di kaki kanan. Sementara Bambang hanya mengalami memar pada bagian tangan kanan akibat pukulan benda tumpul.
’’Di lokasi kejadian, saya berusaha menutupi luka di perut anak saya pakai tangan, tetapi darah terus keluar. Sepeda motor saya juga dirusak dan dibacok-bacok,’’ cerita Bambang.
Ia menuturkan, Agustinus masih duduk di bangku kelas tiga SMKN 3 Baturaja. ’’Dia ke sini karena liburan sekolah. Musibah ini belum saya beri tahu ke ibunya. Kemungkinan kalau sekarang ini ibunya masih ada di ladang. Kepada pihak yang berwajib, saya minta agar masalah ini diusut tuntas. Karena saya ini hanya pengendara yang kebetulan lewat dan tidak tahu masalah apa-apa,’’ ujarnya sedih. (rnn/gde/c1/ary)
Sumber: radar lampung
Sabtu, 01 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar
Terimaksih anda Telah Mengomentari artikel saya.