blog how to, blog trick, blog tips, tutorial blog, blog hack

Lampung Barometer Musik melayu di Indonesia

Selasa, 30 November 2010
ANDARLAMPUNG – Lampung kini menjadi barometer musik melayu di Indonesia. Terlihat dengan melejitnya musik jenis itu yang diawali band asal Lampung. Bahkan saat ini musik melayu didominasi band asal provinsi ini. Di antaranya Hijau Daun dan BAG. ’’Lampung kini menjadi daerah kedua gudangnya artis.

Karena Lampung berhasil melahirkan band-band hebat dengan genre melayu yang disukai masyarakat,” ujar Anes, event organizer (EO) acara Clas Mild Sensasi Hits Tour Sumatera 2010, dalam jumpa pers di Universitas Bandar Lampung (UBL) kemarin.

Latar belakang itulah yang membuat Clas Mild menjadikan Lampung sebagai sasaran tur sensasi Hits. Tur ini digelar di 12 kota di Sumatera. Yaitu Padang, Pariaman, Dumai, Pekanbaru, Rengat, Jambi, Lubuklinggau, Palembang, Lahat, Baturaja, Metro, dan Bandarlampung.

Kepala Cabang PT NTI (Nojorono Tobacco Industry) Dadang Ahmad Suada menambahkan, acara ini bertujuan mengajak band kampus untuk bergabung menjadi band nasional. Ini dilakukan dengan memberikan kesempatan untuk manggung dengan band nasional. Dengan begitu, mereka bisa belajar mengatasi audience.

Usai jumpa pers, empat band yang akan tampil dalam Clas Mild Sensasi Hits Tour Sumatera 2010, yaitu Zivilia, Hello Band, Reefa Band, dan Jendral, berkunjung ke Graha Pena Lampung.

Turut serta Mega AFI, finalis sebuah lomba musik di stasiun TV nasional asal Lampung. Ia digandeng Hello Band menyanyikan hits Pilihan Hati.

Pada kunjungan yang diterima Deputy General Manager Radar Lampung Taswin Hasbullah itu, Anes mengatakan, tur kali ini untuk mengapresiasi bakat musik pemuda Lampung.

’’Kami juga berterima kasih kepada media massa yang sudah membantu promosi,” kata dia.

Rencananya, band-band ini tampil di UBL pada Sabtu (27/11). Masing-masing band akan membawakan tembang andalan. Seperti Hello yang akan membawakan enam hits mereka. Di antaranya Dua Cincin, Ular Berbisa, dan Pejuang Cinta.

Penampilan mereka dimeriahkan dengan konsep panggung yang berbeda. Seperti penyanyi yang berada di atap gedung. Kemudian di atas mobil atau tiba-tiba muncul dari bawah panggung dan memainkan alat musik. (ysn/c1/ais)

Sumber: radarlampung

Read Full 0 comments

Warga Mesuji Mengungsi

Minggu, 28 November 2010
MESUJI – Upaya perdamaian yang difasilitasi kepolisian, camat dua daerah, TNI, serta Pemkab Mesuji belum sepenuhnya meredam trauma warga Kampung Wirabangun (SP 5A), Kecamatan Simpangpematang, Kabupaten Mesuji, Lampung. Hingga tadi malam, ribuan warga Kampung Wirabangun memilih bertahan di pengungsian yang tersebar di tiga titik. Yakni Kampung Simpangpematang, Budiaji, dan Harapanjaya.

Mereka takut muncul serangan susulan warga Kampung Pematangpanggang, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel). Padahal hampir setiap sudut kampung dijaga polisi bersenjata lengkap dari Unit Pengendalian Massa (Dalmas) Polres Tulangbawang, Polres Lampung Timur, dan Brimobda Lampung.

’’Kami takut Mas. Belum berani pulang ke rumah. Khawatir ada serangan susulan,’’ ujar Yono (45) kepada Radar Tuba (grup Radar Lampung) saat ditemui di pengungsian Kampung Simpangpematang kemarin.

Yang diingat Yono, saat bentrok berdarah terjadi, tidak ada warga Wirabangun yang melakukan perlawanan. ’’Warga Pematangpanggang menggunakan berbagai senjata tajam. Jumlah penyerangnya ratusan. Siapa yang ditemui langsung dilukai,’’ terangnya.

Sementara, Kapolda Lampung Brigjen Pol. Sulistyo Ishak yang kemarin turun meninjau lokasi bentrokan mengaku pihaknya belum bisa menetapkan tersangka dari bentrokan tersebut. Sebab, jajarannya masih melakukan penyisiran untuk mengumpulkan bukti dan keterangan para pihak.

’’Yang pasti, saya perintahkan kepada Polres Tuba untuk segera menghentikan segala bentuk perjudian, termasuk sabung ayam. Karena menjadi pemicu dari tindakan tidak terkendali warga,’’ tegasnya usai menyaksikan perdamaian yang digelar di rumah Ngadiman (75), warga Kampung Wirabangun.

Mantan Kadivhumas Mabes Polri ini menyempatkan meninjau sejumlah rumah warga yang dibakar dan dirusak. Saat itu, dia menginstruksikan warga untuk menahan diri dan menghindari keluar rumah.

Sedangkan Kapolsek OKI AKP Arkamil mewakili Kapolres OKI AKBP Slamet Widodo dalam pertemuan mengatakan, pihaknya sudah memintai keterangan Abdul Roni, kepala Kampung Rejobinangun, yang juga dihadirkan dalam pertemuan. Terungkap, penyerangan dipicu persoalan sepele. ’’Anak saya Hasan ikut sabung ayam di sini (Wirabangun, Red). Entah bagaimana ceritanya, warga Wirabangun mengeroyoknya hingga tewas,’’ tutur Abdul Roni.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial Mesuji Anindito Widianto menjelaskan, hingga kemarin pihaknya masih memvalidasi pendataan para korban dan pengungsi. ’’Nantinya pemerintah daerah berupaya memberikan bantuan kepada pengungsi yang saat ini tersebar di beberapa kampung,’’ singkatnya.

Bentrok dua kampung di perbatasan Lampung dan Sumsel itu mendapat kecaman DPRD Mesuji. ’’Ini disebabkan lemahnya pemerintah daerah dalam menjalin dan menjalankan koordinasi dengan Pemkab OKI. Seharusnya bentrokan ini tidak perlu terjadi,’’ pungkas Wakil Ketua DPRD Mesuji Edi Anwar.

Korban Dimakamkan di Luar Kampung

Tiga korban tewas warga Wirabangun kemarin dimakamkan. Mereka adalah Suliyanto (25), Ganong (37), dan Sumijan (48). Namun, para keluarga korban memilih memakamkan jenazah di luar kampung mereka, yakni di Kampung Simpangpematang.

’’Sampai hari ini (kemarin, Red) keamanan di kampung kami belum memungkinkan,’’ terang Herman, kerabat Suliyanto, berkaca-kaca.

Prosesi pemakaman juga dihadiri Sekretaris Kabupaten Mesuji Agus Salim.

’’Ini cobaan bagi kita. Untuk keluarga yang ditinggalkan agar tabah dan dapat memetik hikmah dari kejadian tersebut. Ke depan, kita berharap kejadian serupa tidak terulang,’’ ujarnya.

Diketahui, ratusan warga Kampung Pematangpanggang menyerang warga Wirabangun pukul 15.45 WIB Kamis (25/11).

Akibatnya, empat warga tewas, tiga warga luka parah, serta dua unit sepeda motor dan dua rumah milik warga Wirabangun hangus dibakar.

Meski berhasil diredam 120 personel Unit Dalmas Polres Tuba sejak pukul 17.55 WIB, suasana di perbatasan kedua kampung masih mencekam. Hingga Kamis malam, polisi masih mengumpulkan keterangan dan barang bukti.

Dari penelusuran Radar Lampung, peristiwa mengenaskan itu bermula dari tewasnya Hasan (17), warga Kampung Rejobinangun, Kecamatan Pematangpanggang.

Dari kejadian itu, massa yang berasal dari Pematangpanggang tidak terima. Mereka pun mendatangi Kampung Wirabangun untuk mencari pembunuh Hasan. Satu per satu rumah warga Wirabangun di-sweeping.

Karena tidak menemukan pembunuh Hasan, massa mulai bertindak anarkis dengan merusak dan membakar apa yang ditemui. Bentrok tak terelakkan. Tiga warga Kampung Wirabangun tewas. Mereka adalah Suliyanto, Ganong, dan Sumijan.

Sedangkan tiga warga luka berat dan kini dirawat di Puskesmas Simpangpematang adalah Sugiman (58), Agus Sucipto (17), serta Tumijan (50).

Pemicunya Multifaktor

BENTROK antarkampung yang terjadi di Lampung beberapa pekan ini disebabkan permasalahan yang kompleks. Ada banyak alasan yang menyebabkan masyarakat terpaksa menempuh jalan kekerasan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung Dr. Edy Rivai mengatakan, permasalahan kompleks yang mendorong hal tersebut antara lain karena faktor ekonomi, budaya, agama, dan politik. Jalur konflik yang dipilih juga dapat dilakukan orang per orang ataupun antarkelompok masyarakat.

’’Sebenarnya itu bisa diubah karena karakter orang Lampung itu mau terbuka dan menerima perubahan atau nemui nyimah yang menjadi salah satu landasan hidup piil pesenggiri yang dianut mereka,” ujar Edy kepada Radar Lampung kemarin.

Kalaupun sampai terjadi bentrok, lanjutnya, itu karena kondisi yang memaksa. Seperti latar belakang kemiskinan dan pendidikan. ’’Mereka yang miskin dipaksa memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga akan melakukan apa saja. Apalagi ditambah tingkat pendidikan yang rendah sehingga apa yang dilakukan tanpa pemikiran yang panjang,’’ ujar ahli hukum pidana ini.

Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam masyarakat sehingga menyebabkan kekerasan itulah yang mengakibatkan orang Lampung berpenampilan kasar. Padahal dalam adat dan budaya Lampung sebenarnya diajarkan budaya yang baik. Salah satunya bergotong royong.

Terpisah, untuk bentrok antarkampung, Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. menegaskan, pemprov tidak harus turun langsung ke lapangan.

’’Karena sudah ada pihak yang menangani, misalnya kepolisian dan pamong-pamong di tingkat bawah. Seperti pada kerusuhan yang terjadi di dua daerah, baik Lampung Timur maupun Mesuji. Bahkan baru saja Kapolda melaporkan kepada saya bahwa kondisi di lokasi kerusuhan sudah dapat dikuasai,’’ katanya kemarin.

Ia menyebutkan, para pamong mulai camat, kepala desa, hingga kepala dusun adalah pihak-pihak yang paling tepat dan paham bagaimana menyelesaikan bentrokan massa. ’’Karena itu, baik Kades, camat, maupun lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD) dan juga unsur pemuda di desa harus sering bertemu untuk menemukan formula yang tepat tentang bagaimana cara mengamankan kampungnya. Dan jika ada kerusuhan, mereka juga yang harus mencari tahu penyebabnya. Nah, penyebab itulah yang harus diatasi,” ujar Oedin, sapaan akrab Sjachroedin.

Kendati tidak langsung turun guna melakukan upaya penyelesaian, Pemprov Lampung melalui Badan Kesbangpol dan Linmas terus melakukan upaya pembinaan. ’’Kesbangpol dan Linmas provinsi secara rutin melakukan pembinaan kepada para pamong dan pemuda. Misalnya mengenai wawasan kebangsaan,” tegasnya. (dna/tru/c1/ary/rnn/gan/hsb)

Sumber: radar lampung

Read Full 0 comments

warga Rejosarimataram protes masalah Jalan

Jumat, 26 November 2010
SEPUTIHMATARAM – Dusun 5 hingga ke dusun 4 Kampung Rejosarimataram Kecamatan Seputihmataram, Lamteng hingga kini belum tersentuh pembangunan jalan onderlagh.

Jalan di daerah tersebut masih berbentuk tanah sehingga warga sekitar kesulitan jika melewatinya saat hujan. Karena jalan menjadi sangat licin dan becek. Ditambah dengan adanya beberapa titik jalan yang berlubang besar akibat seringnya mobil truk pengangkut pasir dan hasil pertanian melintas.

Menurut Heru (41), salah seorang warga kampung setempat pada Kamis (25/11) kemarin mengatakan, jalan akan sulit dilalui dengan kendaraan bermotor saat hujan karena becek dan licin serta jalannya banyak yang sudah berlubang.

Bahkan, dia mengaku lebih memilih naik sepeda untuk menuju ke ladang. Oleh karena itu, ia berharap agar jalan yang berada di dusun 5 hingga tembus ke dusun 4 segera ditingkatkan menjadi jalan onderlagh. Tujuannya, agar aktivitas warga dapat berjalan baik.

”Saya berharap mudah-mudahan tahun ini jalan kampung yang ada di dusun 5 hingga sampai ke dusun 4 segera dibuat onderlagh agar kami bisa melewatinya dengan kendaraan roda dua secara nyaman dan terpenting untuk mengangkut pasir dan hasil pertanian warga menjadi lancar. Jalan tersebut merupakan akses warga untuk mengeluarkan angkutan pasir dari pangkalan pasir mereka,” harapnya.

Hal senada dikatakan Dedi (38), salah satu warga dusun 5 yang mengatakan, bahwa jalan kampung di dusun 5 hingga tembus ke dusun 4 memang masih berupa jalan tanah. Apalagi jalan tersebut, sejak berdirinya Kampung Rejosarimataram hingga sekarang ini masih berbentuk tanah. Untuk itu, ia berharap pemerintah kabupaten (Pemkab) melalui dinas terkait dapat segera meningkatkan status jalan di kampungnya.

”Padahal, jalan didusun 5 itu langsung menghubungkan ke Kampung Sumberagung, dengan panjang sekitar 700 meter. Selain itu, kami sangat berharap agar jalan di dusun 5 hingga tembus ke Kampung Sumberagung ini segera dionderlagh. Dengan keyakinan jika hal tersebut dapat terwujud, maka perekonomian masyarakat kampung kami dapat semakin meningkat,” ujarnya. (bil)


Sumber: Radarlamteng.com

Read Full 0 comments

Bapak Cabuli Anak Kandung sendiri

Kamis, 25 November 2010

SEPUTIHMATARAM – Jajaran tim buru sergap (Buser) Polsek Seputihmataram, membekuk tersangka pencabulan anak kandungnya sendiri. Tersangkanya bernama Supratman (41), warga Bedeng TS Baru PT GPM Kampung Mataramudik, Kecamatan Bandarmataram dan calon menantu Andri Susanto (22), warga Kampung Toto Mulyo, Kecamatan Gunungterang, Lamteng pada Kamis (18/11) lalu.

Kronologis kejadian tersebut yakni bermula ketika Andri Susanto (calon menantu) bersama Irnawati (16) anak dari Supratman ini lagi asik berpacaran di rumah calon istrinya ini.

Pada saat itu, bapaknya Irnawati ini pulang dari kerja, memergoki calon menantu sama anaknya lagi berhubungan badan (layaknya suami istri). Begitu juga kejadian berikutnya, sewaktu ia pulang dari bekerja sebagai buruh tebang di PT GPM ini, dilihat anaknya tidak ada di rumah. Lalu, ia mencari anaknya, ternyata anaknya beserta calon menantunya itu dipergokinya lagi bersetubuh dengan anaknya di rumah paman calon menantu tersebut, yang tidak jauh dari rumah tersangka.

Puncaknya, pada bulan September lalu saat tidur bersama anak istrinya dirumah bedeng tersebut. Malam itu sekitar pikul 22.00 WIB, tersangka ini setelah bersetubuh dengan istrinya. Lalu, ia pindah ke dipan (tempat tidur) anaknya langsung mensetubuhi anak kandungnya (layak suami istri) tersebut. Dan pada bulan Oktober lalu, bapak kandungnya ini mengulangi mencabuli anaknya yang ke dua kali.

Pada bulan November ini, bapaknya mencabuli anak kandungnya sebanyak tiga kali. Apesnya, bapaknya saat mencabuli anaknya yang ke lima kalinya, kalung Irnawati putus. Padahal, kalung tersebut pemberian calon suaminya. Lantas, calon suaminya ini menanyakan kenapa kalungnya putus. Awalnya Irnawati ini tidak mau mengaku. Setelah didesak sama calon suaminya ini, akhirnya Irnawati mengakui kalau kalungnya putus ditarik bapaknya saat mencabulinya.

Setelah mendengar cerita itu, ia langsung pulang ke rumahnya mengambil pisau garpu dan langsung mencari calon mertuanya tersebut. Setelah ia cari, rupanya calon mertuanya tersebut ada di rumahnya. Tak pikir panjang lagi, ia langsung menusuk punggung calon mertuanya dua kali dan menusuk dahi calon mertuanya satu kali.

”Kejadian penusukan calon mertua itu terjadi pada tanggal 17 November 2010 sekitar pukul 23.15 WIB,” terang Kapolsek Seputihmataram AKP Muphian Somad didampingi Kanit Reskrim Aiptu Anwar Halusi saat ditemui Radar Lamteng di ruang kerjanya Sabtu (20/11) lalu.

Lanjut Kapolsek, kedua tersangka itu mengaku atas perbuatan mereka. Selain itu, kedua tersangka tersebut, saat ini ditahan untuk diminta keterangan lebih lanjut, berikut barang bukti berupa satu buah pisau garpu, kaos berlumuran darah dan celana dalam serta satu handuk untuk barang bukti.

”Atas perbuatan tersangka mencabuli anak dibawah umur, ia di jerat dengan pasal 81 dan 82 UU RI No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Sedangkan, Andri Susanto tersangka tindak pidana percobaan pembunuhan berencana di jerat pasal 340 Yo 53 Subsider 351 KUHP, dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara,” pungkas Muphian Sabtu lalu. (bil/gde)


sumber: radarlamteng.com

Read Full 0 comments
 

© Copyright by Berita online Lampung Tengah | By Nurmanto